My home address

Selasa, November 17, 2015 Unknown 0 Comments


BAB I
PENDAHULUAN
Jenderal Besar TNI A.H Nasution didalam prasarannya untuk Rapat Kerja Sejarah Militer tahun 1969 menyampaikan harapannya tentang pelaksanaan tugas sejarah militer, antara lain : selama menjabat pimpinan TNI AD dan Hankam, saya selalu secara pribadi khusus mendorong peningkatan karya sejarah militer, karena sejarah itu banyak dikaburkan, dan tidak banyak diketahui oleh generasi baru, sehingga peranan TNI tidak tergambar sebagaimana mestinya. Pembukuan sejarah ini adalah perlu untuk landasan historis perjuangan TNI dan untuk ditransfer kepada generasi baru, dalam rangka nation-building khususnya dibidang militer 1.

Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa sejarah TNI itu penting untuk disusun dan dibukukan sebagai pengetahuan yang dapat ditransfer kepada generasi muda. Dengan adanya transfer pengetahuan sejarah dari generasi terdahulu kepada generasi muda akan melahirkan suatu kebudayaan [1]. Kebudayaan penghormatan dan penghargaan generasi muda terhadap jasa dan peran generasi terlebih dahulu dalam proses nation building dan nation character building.

Proses pembentukan kebudayaan di atas dapat terjadi karena sejarah itu sendiri tidak bisa diulangi. Sejarah selalu berubah, diantaranya melalui kreasi.

Demikian juga yang dilakukan oleh Kodam I/BB pada saat ini ketika usianya telah menginjak 62 tahun (1950-2012), berupaya untuk mentransfer perjalanan sejarah pengabdiannya di tengah-tengah masyarakat Sumatera Bagian Utara kepada generasi muda. Tujuannya agar generasi muda dapat memahami arti keberadaan Kodam I/BB diantara lembaga-lembaga pemerintah lainnya dalam proses pembangunan berkelanjutan.

Sejarah kelahiran Kodam I/BB tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia  yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.  Kelahiran Kodam I/BB pada awalnya disemangati oleh keinginan untuk mempertahankan Republik Indonesia. Pada saat yang sama Pemerintah RI yang masih seumur jagung tersebut membuat kebijaksanaan tentang pentingnya menghimpun seluruh potensi kekuatan Nasional. Dalam  rangka inilah, lahir badan-badan kelaskaran dan Tentara Keamanan Rakyat yang pada gilirannya berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia.

Kelahiran Kodam  I/BB tentu saja melalui proses  yang cukup panjang.  Berbagai macam rintangan telah dilewati pejuang – pejuang RI. Diawali dengan perang kemerdekaan  sampai pada era perjuangan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah adanya pengakuan Pemerintahan Belanda kepada Pemerintah RI, maka seluruh kekuatan  bersenjata yang berada di Sumatera Utara dihimpun menjadi Komando Tentara Territorium Sumatera Utara ( Ko. TT.SU). Peristiwa  ini terjadi pada tahun 1950 dari sinilah cikal bakal lahirnya Kodam I/BB.

Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari yang paling bersejarah dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan RI di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Disebabkan keterbatasan alat komunikasi, berita Kemerdekaan tersebut tidak serta merta sampai ke daerah–daerah. Rakyat di Sumatera Timur kala itu, baru mengetahui Indonesia Merdeka pada tanggal 30 September 1945.

Persoalan berikutnya yang dihadapi bangsa Indonesia adalah bagaimana mempertahankan Kemerdekaan RI yang telah diraih dengan tetesan darah para pejuang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menghimpun berbagai kekuatan rakyat. Dibentuklah berbagai badan seperti BP dan BKPI. Dalam upaya menghimpun kekuatan bersenjata  pada tanggal 10 Oktober 1945 terbentuklah TKR  yang dipimpin oleh Achmad Tahir.  Bersamaan dengan itu lahir pula BKR.

Dengan segala keterbatasan yang ada, perkembangan organisasi bersenjata terus dilakukan. Salah satunya dengan cara melengkapi persenjataan Tentara. Di antara cara yang ditempuh adalah merampas senjata-senjata  baik yang dimiliki Jepang ataupun  yang dimiliki Belanda dan Inggris yang saat itu telah menginjak kakinya di Sumatera Timur tanggal 9 Oktober 1945. Disamping itu, jalur-jalur diplomasi tetap dilakukan untuk meraih senjata penjajah dan untuk mendapatkan dukungan luar negeri (kooperatif).

Kedatangan Tentara Sekutu ke Medan telah memantik semangat  juang rakyat di daerah itu, pertempuran menjadi tak terhindarkan. Sejarah dengan cukup baik merekam berbagai macam peristiwa pertempuran di beberapa tempat seperti Marendal, Tanjung Morawa, Tiga Panah dan beberapa daerah lainnya. Pada saat itu jelas terlihat bagaimana gigihnya pejuang Indonesia mempertahankan Kemerdekaan RI. Peristiwa di Jl. Bali pada tanggal 13 Oktober 1945, dan peristiwa di Siantar Hotel pada tanggal 15 Oktober 1945, dan peristiwa di Matahari Hotel Berastagi pada tanggal 23 Nopember 1945 menjadi saksi  dan bukti sejarah bagaimana semangat patriotisme dan pantang menyerah ditunjukkan pejuang-pejuang Indonesia. Pertempuran inilah yang kemudian dikenal dengan nama “Palagan Medan Area.”

Menyadari kuatnya ancaman Tentara Sekutu, Pemerintah RI akhirnya membentuk apa yang disebut dengan Tentara Keamanan Rakyat. Sejak saat itu, pasukan  bersenjata yang ada, segera direorganisasi sesuai kebijakan pemerintah pusat. Berdasarkan Instruksi Presiden, konsolidasi TKR dan penyatuan seluruh kekuatan bersenjata di dalam kesatuan  komando segera dilakukan. Penyusunan kekuatan ini terlaksana dengan baik, karena pada waktu itu terjadi genjatan senjata. Tentara Republik Indonesia tentu tidak menyianyiakan kesempatan yang cukup berharga tersebut. Hasilnya sebagian BKR dan Badan-badan perjuangan telah terbentuk seperti : TKR Divisi V di Aceh, TKR Divisi IV di Sumatera Timur, TKR Divisi VI di Tapanuli dan TKR Divisi III di Sumatera Tengah.

Menjelang perundingan KMB persiapan dibidang militer maka pada tanggal 13 Desember 1949 Letkol A.E Kawilarang ditetapkan sebagai Komandan Komando Territorium/Sumatera Utara (Ko. TT/SU) dalam  rangka persiapan menerima penyerahan tanggung jawab keamanan dari Belanda, maka seluruh TNI-AD di Indonesia dibagi dan ditetapkan dalam 7 Territorium. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan sebutan Brigade menjadi Resimen.

Pada tanggal 20 Juni 1950 diresmikan lambang Bukit Barisan sebagai Lambang Komando Territorium I/ Sumatera Utara dengan diberi nama Komando Tentara Territorium I/ Sumatera Utara. Pada tanggal 20 Juni ditetapkan menjadi  Hari Jadi Kodam I/BB. Setelah Ko.TT/SU  berhasil menyusun kekuatan  dan struktur organisasi Ko.TT I/BB telah siap mengatasi segala gangguan keamanan nasional  yakni penumpasan pemberontakan DI/TII (Aceh,Jabar, Jateng) APRA, Andi Azis, RMS, PARAKU terutama pemberontakan yang  dilakukan oleh PRRI di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau. Di wilayah Sumatera Utara melalui operasi “Sapta Marga” (dipimpin oleh Mayor Palawi, Mayor Syafei dan Mayor Raja Syahnan) diwilayah Sumatera Barat melalui operasi “17 Agustus “ (dipimpin oleh Kolonel A.Yani), diwilayah Riau melalui operasi “ Tegas” (dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution).

Pada tanggal  27 Desember 1956 Resimen I di Aceh dipisah dari Ko.TT I/BB menjadi Komando Daerah Militer Aceh (KDMA), Resimen IV menjadi KDM Sumatera Tengah, Resimen II dan III tetap berada di Ko. TT I/BB. Setelah keadaan pulih dari pemberontakan PRRI/PERMESTA, pada tanggal 15 April 1959 Komando Daerah Militer Aceh menjadi Kodam I/Iskandar Muda, Komando Militer Sumatera  Tengah menjadi Kodam III/17 Agustus, Komando TT I/BB menjadi Kodam II/Bukit Barisan.

Dalam rangka menghadapi sisa-sisa pemberontakan PRRI dan pemulihan keamanan wilayah, Kodam II/BB membentuk Komando Operasi Dearah Pertempuran (KODP) I s.d IV. Selanjutnya pada tahun 1961 berdasarkan keputusan KASAD, dibentuklah Korem sehingga terjadi perubahan.

Pada tanggal 28 April 1962, berdasarkan Surat Keputusan Pangdam II/BB KPTS/0094/4/1962 kembali diadakan perubahan nama Korem. Pada tanggal 12 Mei 1967 diresmikan Corps Bukit Barisan, pada tanggal 26 Juli 1969 Kodam II/BB dianugerahkan Bintang Jasa SAMKARYA NUGRAHA oleh Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 18 September 1969 lahir motto Kodam I/ BB yang hingga saat ini tetap dipergunakan yaitu  PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konprehensif tentang Kodam I/BB, maka disusunlah buku ini dengan judul Sejarah Kodam I/BB yang dibagi dalam lima Bab, yaitu : Bab I, merupakan pendahuluan, dimana dalam Pendahuluan ini dibahas tentang gambaran singkat isi buku ini. Bab II, membahas tentang proses lahirnya Kodam I/BB dan peristiwa yang terjadi dalam mengiringi kelahirannya. Bab III menguraikan perkembangan Kodam I/BB, likuidasi tiga Kodam (Kodam I/Iskandar Muda, Kodam II/Bukit Barisan dan Kodam III/17 Agustus) menjadi satu Kodam yaitu Kodam I/BB. Kemudian pada tahun 2002 Kodam I/BB mengalami reorgnaisasi yakni berdirinya Kodam Iskandar Muda di Propinsi Aceh. Termasuk dalam Bab ini turut dibahas perkembangan pendidikan dan pelatihan keprajuritan di wilayah Kodam I/BB. Bab IV, menguraikan tentang pengabdiannya dalam proses nation building dan nation character building di tengah-tengah masyarakat SUMBAGUT secara khusus dan bangsa Indonesia pada umumnya. Sedangkan Bab V, menguraikan tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan Bab dalam buku ini.

Demikianlah kiranya dengan membaca dan mempelajari buku ini diharapkan pembaca akan semakin memahami Sejarah Kodam I/BB dan akan semakin mencintai Kodam I/BB sehingga jiwa generasi muda termotivasi dalam meningkatkan karya pengabdian kepada negara dan bangsa.

1  Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI-Angkatan Darat, Fa. Mahjuma, Bandung, 1972.

[1]  Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir, dalam Majalah Tempo, Edisi 28 Juni-4 Juli 2010.


BAB I PENDAHULUAN Jenderal Besar TNI A.H Nasution didalam prasarannya untuk Rapat Kerja Sejarah Militer tahun 1969 menyampaikan ha...

0 komentar: